links : http://www.jonru.net/when-fanatik-meets-toleransi
Inilah penjelasan Toleransi Agama dan Toleransi umat beragama, banyak yg di salah kaprahkan oleh orang-orang tertentu
Untuk lebih detilnya, silahkan ke blog beliau, di tempat ini hanya poin2nya saja
…..
Lantas tentang toleransi, saya yakin kita semua berpendapat bahwa ini adalah sesuatu yang sangat baik. Tapi sebenarnya, toleransi pun ada batasnya. Sebab toleransi yang kebablasan akan membuat kita terjerumus pada sikap “mengikuti perilaku golongan lain.” Dalam Islam, dibuat pembagian yang tegas antara “toleransi agama” dengan “toleransi umat beragama”.
Toleransi agama adalah sikap permisif terhadap ajaran agama lain. Contoh konkrit: Umat Islam ikut merayakan hari Natal, atau umat Kristen ikut puasa di bulan Ramadhan. Inilah jenis toleransi yang tidak diperbolehkan. Kenapa? Sebab sikap seperti ini sangat bertentangan dengan prinsip fanatisme. Sikap toleransi terhadap ajaran agama menunjukkan bahwa keyakinan kita terhadap agama yang kita anut tidak terlalu kuat. Artinya, kita tidak fanatik terhadap agama kita sendiri. Kalau terhadap agama saja kita tidak fanatik, lalu “objek” apalagi yang akan kita fanatiki? Masa kita lebih fanatik terhadap finalis Indonesian Idol daripada terhadap agama sendiri? Yang benar saja!
Yang perlu kita kembangkan dan lestarikan sebenarnya adalah toleransi umat beragama. Maksudnya, kita menjaga hubungan baik dengan penganut agama lain. Kita bersahabat dengan mereka, saling silaturahmi, menjalin kerjasama bisnis, dan sebagainya. Semua itu boleh-boleh saja. Selama hubungan yang terjalin masih sebatas hubungan sosial kemanusiaan, tak ada yang perlu dipermasalahkan.
Tapi ketika sudah menyangkut ritual keagamaan dan sejenisnya… eits…. stop! Jangan dilakukan. Ini sudah melanggar asas toleransi dan fanatisme. Ini adalah toleransi yang kebablasan. Ini adalah fanatisme yang lemah serta bobrok.
Toleransi yang kebablasan akan membuat kita kehilangan identitas (karena kita sibuk menyesuaikan diri dan mengekor pada orang lain).
Fanatisme yang lemah akan membuat kita sangat permisif terhadap keyakikan dari golongan lain. Ini sami mawon dengan toleransi yang kebablasan.
Jalan tengahnya adalah: melaksanakan toleransi yang pada tempatnya (toleransi umat beragama) dan fanatisme yang tetap menghargai perbedaan.
…..